Kesehatan Mental vs Media Sosial

 



Bulan ini berita tentang selebriti yang pamit di media sosial beberapa kali hadir di linimasa. Bukan hanya artis dalam negeri, artis sekelas Britney Spearspun menyatakan pamit sementara dari media sosial. Yang menarik adalah alasan pamit mereka. Semuanya kompak menjawab demi kesehatan mental. 

Apa yang terjadi di media sosial sehingga mereka 'kena mental'?

Seorang psikolog yang juga seorang teoritikus berasal dari Amerika bernama Abraham Maslow menemukan satu teori tentang kebutuhan manusia, dikenal sebagai teori motivasi atau `Teori Hierarki Kebutuhan Maslow yang diperkenalkan pada tahun 1943.

Teori hierarki kebutuhan Maslow melihat bahwa individu mempunyai tahap kebutuhan dasar yang akan dicapainya. Tahap kebutuhan itu adalah Kebutuhan Fisiologis (Physiological Needs), Kebutuhan Rasa Aman (Safety/Security Needs), Kebutuhan Sosial (Social Needs), Kebutuhan Penghargaan (Esteem Needs) dan Kebutuhan Aktualisasi Diri (Self-Actualization Needs). 

Media sosial dapat menjadi sarana untuk beberapa kebutuhan diatas, yaitu kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri. Sebagai platform yang menghubungkan satu orang dengan orang lainnya, media sosial dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sosial. yang meliputi kebutuhan untuk dicintai dan bersosialisasi.

Kebutuhan penghargaan juga dapat diakomodir oleh media sosial, karena itulah banyak pengguna media sosial yang berlomba mengunggah foto  terbaiknya. Keinginan untuk dikagumi dan dipuji menjadi harapan yang manusiawi.

Kebutuhan lainnya adalah aktualisasi diri. Ini adalah kebutuhan yang berada di posisi tertinggi dalam teori ini. Aktualisasi diri adalah tentang bagaimana seseorang mencapai tujuannya, menggali potensinya. Dan kita juga dapat lihat banyak juga pengguna  yang menggunakan media sosial sebagai sarana aktualisasi dirinya.

Masalah timbul di saat tidak semua orang memiliki kematangan emosi dan konsep diri yang baik dan positif terhadap diri sendiri. Melihat berbagai postingan yang 'indah' tidak jarang membuat orang lain bermimpi untuk memilikinya juga. Kenyataan bahwa dunia yang dilihat berbeda dengan yang dia hadapi membuat  mereka melakukan berbagai cara seolah disparitas tersebut tidak terjadi. Beberapa orang yang tidak cukup matang secara emosi akhirnya mengambil jalan pintas: berpura-pura menjadi orang lain, alter ego yang dia ciptakan sendiri atau menggunakan jari untuk menyerang orang yang membuatnya iri.

Mengeluarkan cacian dan kalimat yang menyakitkan menjadi katarsis orang-orang yang merasa rendah diri di media sosial. 

The more they attack the more they feel insecure..

Beberapa selebritis mengakui membaca dan menjawab komen pengikut sangat melelahkan. Pengikut yang memberi komentar pedas biasanya memancing supaya dibalas artis atau hanya sekedar mengeluarkan 'sampah' saja. Tidak heran beberapa dari mereka memilih meneruskan ini ke jalur hukum. 

Kebanyakan yang terjadi sih setelah dilaporkan, pelaku akan tampil dan membuat video minta maaf dan menyatakan tidak bermaksud menyakiti. Tidak jarang sesama selebritis juga menjadi korban dari pelaku yang sama. Dimatanya semua orang nggak ada bener-benernya.. 

Konon, kalau semua makanan terasa pahit di lidah maka yang harus dicek lidahnya. Siapa tau lagi bermasalah. Begitupun pengguna media sosial terhadap apa yang dilihatnya di media sosial. Kalau banyak postingan yang buat emosi maka bisa jadi masalahnya bukan di postingannya. Tau kan maksudnya? :)

Undang-Undang ITE sebenarnya sudah mengatur banyak terkait penggunaan media sosial. Namun gimanapun proses hukum tidak bisa menjamin kesehatan mental korban. Maka dari itu, pasal pencemaran nama baik (yang sering digunakan untuk kasus seperti ini) memiliki tingkat subyektifitas yang tinggi.

Batas toleransi masing-masing orang berbeda dan hal tersebut membuat apapun langkah yang diambil terhadap kerugian yang dirasakan korban akan selalu terlihat wajar

Harga diri dan kehormatan merupakan hak pribadi dan menjaga kesehatan mental adalah tanggung jawab kita terhadap diri kita sendiri. 


Komentar

Postingan Populer