Innaka Lā Tukhliful-mī'ād..

 


“Alhamdullillaaah.. akhirnya Eril ketemu!!” Ibu saya sedikit berteriak memberitahu seisi rumah setelah menyaksikan breaking news TV One. Ekspresinya terlihat senang, terdengar lega. Padahal anak bukan, cucu bukan, bahkan kenal aja nggak.

Kebahagiaan itu menular ke saya sampai anak-anak. Mereka juga mengikuti berita tentang Eril.  Entah kenapa rasanya seneng aja gitu.

Tapi kemudian, pihak KBRI mengkonfirmasi bahwa jenazah tersebut sudah dites DNA. Ya Allah jenazah, berarti Eril ditemukan sudah meninggal dunia. Ternyata badan Eril tersangkut di bendungan Engehalde, 5-6 km dari lokasi hilangnya 

Sedih, ternyata tidak sesuai harapan. Saya dan banyak lainnya berharap Eril akan selamat, ditemukan warga pedalaman yang kemudian merawatnya. Hingga pada akhirnya nanti Eril dipertemukan lagi dengan orangtuanya. Mirip cerita film. Tapi, bukankah banyak kejadian nyata yang sebelumnya sudah menjadi cerita imajinasi di film?

Kesedihan saya berakhir setelah saya membaca unggahan pak RK dan bu Cinta, mereka bahagia karena akhirnya doa mereka terkabul, bisa membawa pulang Eril. Mereka lega, mereka siap menerima takdir tentang putranya. 

Trus siapa saya, berani menyesali ketetapan ini?

Pak RK dan bu Cinta mengikhlaskan karena percaya ini yang terbaik, setidaknya jenazah ditemukan. Mereka menyatakan insya Allah bisa mengikhlaskan setelah melihat banyak yang menyayangi Eril. Bahkan dalam sebuah video bu Cinta cerita bahwa Aa Gym saja tidak yakin jika saatnya tiba beliau akan didoakan oleh masyarakat sebanyak ini. Artinya betapa Eril ini luar biasa dicintai, walaupun selama ini dia melakukan hal baik dalam silent mode.  Konsistensinya dalam menggerakkan anak muda melakukan kebaikan diganjar Allah dengan hal dan cara yang luar biasa.

Benar kata guru kita, jangan berhenti melakukan kebaikan, jangan putus asa membantu orang yang lemah. Kalaupun mereka tidak bisa membalas di saat yang sama tapi doa mereka akan menjaga kita setiap saat.

Doa orang yang bersyukur insya Allah tidak akan tertolak.

(Setidaknya itu yang saya percaya hingga kini karena orang bersyukur selalu menghadiahkan ketulusan saat mendoakan).

Terima kasih Eril untuk menjadi pengingat kami bahwa Allah SWT akan memberikan yang terbaik untuk orang baik. Terima kasih untuk menyadarkan bahwa usia itu hanya angka, perhitungan manusia tentang masa di dunia tidak (selalu) berkorelasi dengan takdirNya.

Hanya Allah yang tahu, kapan dan dengan cara bagaimana kita harus kembali, kapan kita dicukupkan usia. Dan hanya Allah yang tahu kebaikan mana yang akan mengantarkan kita ke tempat terbaik di sisiNya. 

Yang Allah janjikan, bahwa setiap perbuatan ada ganjarannya. Sebaik-baik manusia adalah yang memiliki manfaat untuk sesama. 

Eril sudah menyelesaikan tugasnya, saatnya menuai apa yang telah ditabur selama ini:

Banyak yang mendoakan supaya dilapangkan kuburnya, diterangkan jalan menuju Rabb-nya dan seluruh keluarga yang ditinggalkan dimudahkan untuk mengikhlaskan.

 

رَبَّنَا وَءَاتِنَا مَا وَعَدتَّنَا عَلَىٰ رُسُلِكَ وَلَا تُخْزِنَا يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ ۗ إِنَّكَ لَا تُخْلِفُ ٱلْمِيعَادَ

 

Rabbanaa wa aatinaa maa wa'attanaa 'alaa rusulika wa laa tukhzinaa yaumal-qiyaamah, innaka laa tukhliful-mii'aad. (QS. Ali 'Imran:194)

 

”Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantara rasul-rasul Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji”. (QS. Ali 'Imran:194)

 

 

 

 

   

Komentar