Pelajaran Dalam Perjalanan

 



                       *ilustrasi oleh @krisnadityaa


Emmeril Khan Mumtadz (Eril), putra pertama pak Ridwan Kamil (pak RK) dan bu Atalia (bu Cinta), pejabat yang digadang-gadang menjadi pemimpin bangsa di masa depan. Sebagai anak pejabat yang dicintai sejuta umat tidak banyak yang bisa diketahui tentang sosok Eril di google. Memang sepertinya Eril ini (seperti testimoni dari teman-temannya) sosok yang down to earth, dan relative ‘lempeng’ yang nggak banyak 'memanfaatkan' nama besar ayahnya untuk keuntungan pribadinya. Justru yang terekam hanya keaktifan Eril di organisasi anak muda yang menonjol dari sisi sosial dengan terjun ke masyarakat.

Pada Kamis (26 Mei 2022) kita semua dikejutkan dengan berita hilangnya Eril di sungai Aare, Bern, Swiss. Hari demi hari setelahnya kita lalui dengan rasa cemas dan doa dari jauh agar Eril segera ditemukan. Nggak perlu diminta dan nggak perlu kenal Eril-nya, saya yakin sejak saat berita beredar sudah banyak yang berinisiatif mendoakan. Sampai akhirnya pak RK dan bu Cinta menuliskan pesan cinta yang menyentuh tentang sudah mengikhlaskan walaupun pencarian akan tetap dilaksanakan.

Mungkin itu merupakan keputusan terbaik, supaya semakin banyak yang mendoakan daripada menunggu tanpa kepastian. Pak RK dan bu Cinta juga harus kembali untuk melaksanakan kewajiban mereka.

Tapi entah kenapa saya kok merasa makin sedih dan saya yakin saya nggak sendiri. Belajar dari yang sudah-sudah, begitu keluarga menyatakan mengikhlaskan maka harapan seketika sirna. Padahal sampai detik ini pun saya masih berharap Eril ditemukan selamat.  

Di sisi lain saya nggak tega melihat bagaimana pak RK dan bu Cinta berjuang dari rasa kehilangan. Mereka pergi kesana dalam rangka cari kampus untuk Eril kuliah S2 namun ternyata harus kehilangan Eril disana menjadi cerita yang susah dinalar. Kemarin pergi berempat dengan bahagia dan dengan sejuta rencana  kemudian pulang bertiga dan harus melupakan semuanya dalam waktu hanya semingguan saja. Seperti mimpi buruk pasti.

Dan kemudian iman yang lemah ini membuat kata “seandainya-seandainya” bermunculan. Di media sosial ramai dibahas tentang podcast Deny Sumargo yang menanyakan pilihan pak RK antara istri dan anak. Pak RK memilih istri karena menurutnya anak akan menjemput takdirnya sendiri. Pada kondisi normal kita tentu tahu yang dimaksud takdir disini berhubungan dengan masa depan, seperti menikah, bekerja, menetap di suatu tempat dan sebagainya. Tapi kebiasaan kita, dalam kondisi berduka semua hal akan dihubungkan dan 'dituduh' sebagai penyebab dan firasat.

Padahal Rasulullah melarang kita mengatakan kata “seandainya” terhadap apapun. Semua sudah takdir, sudah harus terjadi. Yang tampak di depan mata hanya prosesnya saja, tapi itu adalah hasil ketetapanNya.

“Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, "Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah SWT daripada mukmin yang lemah. Namun, keduanya tetap memiliki kebaikan. Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah pada Allah, jangan engkau lemah. Jika engkau tertimpa suatu musibah, maka janganlah engkau katakan:

'Seandainya aku lakukan demikian dan demikian'. Akan tetapi hendaklah kau katakan: 'Ini sudah jadi takdir Allah. Setiap apa yang telah dia kehendaki pasti terjadi'. Karena perkataan law (seandainya) dapat membuka pintu setan" (HR Muslim). (https://www.republika.co.id/berita/qnjd01320/jangan-pernah-bilang-seandainya-ucapkan-emqadarullah)

Setelah dinyatakan kemungkinan Eril tidak selamat, anjuran shalat gaib beredar. Sejauh yang ditampilkan dalam berita, banyak masjid yang melaksanakan shalat ghaib. Masya Allah. Tidak semua dari jamaah mengenal sosok Eril, tapi pasti ada yang mendorong hati mereka untuk bergabung jadi jamaah. Sosok pak RK yang dicintai dan Eril yang rendah hati pasti ikut andil di dalamnya.

Dan akhirnya kejadian ini memberikan pelajaran berharga dalam perjalanan hidup kita bahwa:

Setiap hal di dunia ini ada waktunya, setiap insan punya masanya.

Setiap keinginan dan usaha punya takdirnya.

Setiap cinta ada batasnya, kecuali bila cinta itu untukNya dan karenaNya.

Terima kasih pak RK bu Cinta, sudah menunjukkan kepada masyarakat kita bagaimana menghadapi rasa kehilangan. Terima kasih sudah mengingatkan kami tentang keikhlasan. Buat saya, ikhlas itu adalah tingkatan iman yang paling tinggi karena begitu 'memutuskan' untuk ikhlas maka kita harus menerima apapun yang menjadi ketetapan walaupun di otak masih ada sejuta pertanyaan. 

Terima kasih Eril, sudah menunjukkan bahwa tidak ada kebaikan yang sia-sia. Bukan manusia yang harus melihat hal baik yang kita lakukan tapi tidak ada satupun kebaikan yang luput dari perhatianNya. Banyaknya orang yang mendoakanmu bisa jadi 'hadiah' dari Allah yang sudah lama tersenyum melihat kerendahan hatimu. Alhamdullillah..we're happy for you 💖 

Akhir kata, selamat menjemput takdir pak RK, bu Cinta, Eril dan keluarga. 

Saya percaya bahwa seperti kata bu Cinta, cepat atau lambat takdir pula yang akan mempertemukan mereka. Semoga perpisahan ini sementara. Semoga 'keajaiban' terjadi. Tidak ada satupun yang dapat menghalangi bila Allah SWT sudah menghendaki,


Komentar