Serangan Dalam Bentuk Pertanyaan..

 





Wah, udah lebaran aja ni.

Di saat kita  menyambutnya dengan gembira, berkumpul bersama sanak keluarga tapi ada beberapa orang yang sama sekali nggak nyaman, atau bahkan ketakutan membayangkan tentang pertanyaan.

"kapan nikah? udah waktunya lho"

"kapan bawa si kecil? Kan udah lama nikahnya..udah diperiksain belum?"

 yang paling sakit kalau dilanjutkan dengan kalimat "anaknya tante itu lho udah begini,seneng deh. Padahal usia kalian kan sama ya"

Orang yang pernah dalam posisi itu pasti tau banget rasanya, gimana rasa tersiksanya.

Masalahnya, seringkali yang ditanyakan itu adalah hal-hal yang tidak bisa kita kuasai.

Mbok ya yang kreatif gitu nanyanya, jangan pertanyaan standart tiap lebaran.

kalau 2022 ini bisa dong nanya tentang gimana harga minyak goreng yang katanya terpengaruh perang Rusia-Ukraina, atau apakah ketika sama-sama datang di konferensi G20 apakah Putin-Zelenskyy nanti berpelukan? 

Atau bahas kek tentang kemungkinan capres yang akan maju di pilpres 2024, gimana peluangnya. 

Pasti obrolannya akan berlangsung seru, dua arah, sesuai cara pikir dan background masing-masing kita. Atau bahas aja yang receh2: kenapa kapten Amerika gak naik jadi mayor atau kenapa cat woman bukan tukang cat.

Kenapa harus nanya yang gak ada, kenapa harus nanya yang gak dimiliki. Pertanyaan seperti itu bisa membuat orang kembali meragukan dirinya, merasa rendah diri karena merasa bahwa dialah yang bertanggung jawab atas kondisi itu.

Pertanyaan kapan nikah bisa bikin yang ditanya merasa ada yang salah dengan dirinya sehingga tidak ada yang mau menikah dengannya. 

Faktanya, jodoh itu tentang kesiapan hati dan materi, setiap orang punya prioritas dan target yang berbeda. Tapi gara-gara dihujani pertanyaan yang sama terus menerus, akhirnya seseorang bisa saja menjadi ragu terhadap rencana yang telah disusunnya.

Penanya-penanya begini adalah musuh bagi psikis kita. Kalau kita belum cukup kuat bisa2 stress. Lama-lama ini juga akan mempengaruhi mental kita.

Menurut World Health Organization (WHO)  kesehatan mental adalah kemampuan yang dimiliki individu dalam mengelola stres, menjalani aktivitas secara normal dan produktif dan berperan baik dalam suatu komunitas/lingkungan masyarakat.

Tidak semua orang cukup matang secara emosi, jadi minta orang untuk nggak baper sama (kejahatan berbalut) pertanyaan adalah sesuatu yang salah. Justru kalau memang saudara, harusnya lebih bisa menjaga kata dong. Apalagi kalau ketemunya cuma setahun sekali.

Apa enaknya sih menyakiti hati orang yang harusnya kita sayangi?

Belum menikah, belum punya anak, belum nambah anak, belum kerja itu sebenarnya hal yang biasa lho. Jodoh, keturunan dan lainnya itu urusan takdir juga. Kalau Allah belum menitipkan trus gimana mau memaksakan.Toh ada hal positif lain yang kita kerjakan. 

Buat kamu, tetep kuat ya menghadapi bahan 'bullyan' yang berwujud pertanyaan.

Bahan bully-an? 

Iya, saya mah percaya nggak semua pertanyaan menjatuhkan itu adalah sekedar pertanyaan.

Nggak semua ya, artinya ada yang memang hanya ingin bertanya.

Tapi nggak usah  bingung membedakan, cukup fokus sama jawaban.

Jawab yang santai dengan jawaban template biasanya berhasil untuk menghentikan pertanyaan lanjutan.

"Doain aja ya.."

"iya nih, masih diusahakan .."

"bismillah, semoga secepatnya.."

itu alternatif jawabannya. 

Tapi santuy aja menjawabnya ya.

Tetap sopan, tetap jaga perasaan. Tapi yang penting jawab aja.

Marah hanya 'karena' pertanyaan bikin kita terlihat nggak banget.

Gitu juga kalau kita sedih, nanyanya cuma 5 detik, sedihnya 5 hari. Gak imbang.

Percayalah sebesar apapun dunia hendak menjatuhkan mental kita, selama kita nggak biarkan mereka masuk 'lebih dalam'  maka usaha mereka akan berakhir sia-sia.

Tetap berbaik sangka, Allah yang tau kapan waktu yang tepat buat kita.

Semua bisa puasa, semua pasti buka. Tapi bukankah waktu Maghribnya beda-beda? :)

You are the owner of your mind and soul. 

Cuma kita, yang bertanggung jawab atas mental kita, bukan mereka.. 

Kalau susah untuk membuat mereka berhenti  maka kita yang harus mengerti bagaimana harus menjaga hati kita sendiri.  





 







Komentar